Kamis, 07 Agustus 2008

Ketika Persahabatan luntur oleh Uang

Sebut saja namaku Ayu, nama panjangnya Ayu pramesti tapi temen temenku lebih sering memanggilku dengan nama ayu. Usiaku baru 20 tahun tapi aku sudah menikah, suamiku lebih tua 3 tahun dari aku, kami baru menikah sekitar 8 bulan dan kehidupan rumahtanggaku cukup bahagia. Meskipun kami menikah muda tapi kami bisa menyelesaikan dengan cara yang dewasa.

Suatu hari kami benar benar bingung.
"Dik, gimana ini? ini udah tanggal 24 dan besok mas harus setor uang ke teman mas, tapi mas belum ada?" kata suamiku dengan raut muka yang kusut.
Memang dulu waktu suamiku nikah pinjem ma temennya karena buat tambahan.
" Ya gimana mas, aku juga lagi gak da uang. Atau mas pinjem dulu aja ma bu lek siapa tahu beliau punya."saranku waktu itu.
"Dik tahu sendiri bu lek kondisinya lagi seperti itu, mas gak enak kalo harus pinjem ma bu lek" kata suamiku.
Aku diam sejenak berpikir siapa yang kira kira bisa aku minta tolong. dan akhirnya aku tahu mungkin temanku ada yang bisa bantu.Aku langsung bilang suamiku
" Mas gimana kalo kita pinjam mas yanto, itu suaminya temenku si tari, mungkin dia ada. Bentar ya coba tak sms" suamiku hanya mengangguk tanda setuju.
Aku ambil hpku terus aku sms " Mas yanto maaf sebelumnya ap q bs mnt tolong, mas punya uang 300 ribu gak, aku mau pinjem" kemudian aku kirim, beberapa saat kemudian ada balasan "aku ada yu, kamu ambil aja dirumah ma tari ntar jam 3 an."

Aku dan suamiku sedikit lega dan sorenya kita kerumahnya mo ambil uang itu, dan kami berjanji dalam 2 minggu mo ngembalikan.

" mas makasih ya dah mo bantu kami, insya allah 2 minggu lagi kami kembalikan" kata suamiku
"ya gak apa-apa" jawab mas yanto. Akhirnya kami pamitan.

2 minggu dah berjalan, tapi kami belum ada uang untuk mengembalikan, suamiku akhirnya menelepon mas yanto dan mo bilang kalo bisa mengembalikan.
" Halo, mas yanto?"
" Ya, ada apa mas Agus?" suara mas yanto diujung telepon sana.
" Gini mas, saya mo minta maaf karena kayaknya saya belum bisa mengembalikan uang yang tak pinjem dulu", kata suamiku menjelaskan sambil melihat kearahku.
" Oh yang itu gak apa apa, santai aja aku juga belum butuh kok uang itu" sahut mas yanto
" Wah makasih lho mas ya, tapi Insya allah ntar kalo benar benar dah ada segera aku kembalikan".
" Ya gak apa apa"
" ya udah makasih ma ya, selamat sore". Dan suamiku pun menutup telponnya.

Rasanya udah hampir sebulan waktu berjalan dan kita belum juga bisa mengembalikan uang itu, dan sekali lagi pula suamiku menjelaskan. dan seperti biasa Mas yanto bilang gak apa apa?

Hingga pada saat memasuki minggu ke 2 awal bulan, mas yanto sms suamiku.
"gimana mas udah ada belum, saya minta uang saya dikembalikan besok soale buat biaya sekolah adikku, kalo gak dengan uang itu dia gak bisa sekolah". Seketika itu suamiku bilang padaku,
"Gimana ini dik, uang kita yang kemarin kan dah habis buat setor dulu"
" Iya mas, aku juga bingung"
" Coba mas sms aja, kalo belum bisa dan kita udah usaha tapi gak bisa", saranku pada suamiku
Akhirnya kita sms lagi. Dan jawaban mereka masih sama, bahwa tanpa uang itu adiknya tidak bisa sekolah. Akhirnya kami menyerah bahwa kami belum bisa mengembalikan uang itu, padahal kita rencanya mo akhir bulan ini kita kembalikan.
Besoknya disiang hari tiba tiba aku dapat sms dari temanku si tari, " yu, ayu, kamu itu jadi temen kok ya kebangetan, sudah ditolongin kok malah tega gini ma aku, bener bener deh. kalau udah kini aku gak mau tahu mau uang itu kamu kembalikan mau nggak aku dah nggak peduli, aku bener kecewa ma kamu, sakit hati ini yu, bener bener sakit".
Seketika itu juga air mata ku langsung mengalir, gak kusangka akhirnya bisa seperti ini. Padahal tari adalah teman baikku, tapi dia bisa bilang begitu padaku. Aku merasa bersalah pada dia. Jam 3 suamiku datang menjemputku dari tempat kerja, langsung saja aku memeluknya sambil menangis. Suamiku tampak bingung.
" Kenapa dik, ada apa? bilang sama mas!" hiburnya.Sambil masih menangis aku jelaskan kepadanya.
" Mas, tadi tari sms aku, dia sms aku kayak gini", sambil aku menyerahkan HPku kepada mas agus. Mas Agus membacanya, dan dia juga kaget dan nampak merasa bersalah.
" Ya udah dik gak apa apa, mungkin ini memang salah kita tapi mo gima lagi emang keadaanya kita seperti ini, Insya Allah kita bisa mengembalikannya, kamu yang sabar ya? " pintanya. Aku hanya mengangguk dan lebih tenang.
1 minggu berlalu dan sms yang menyakitkan hati kembali datang,
" Kapan kamu kembalikan 1 tahun apa 2 tahun lagi, emang yang butuh uang cuma kamu aja, yang lain nya gak butuh karena udah kaya?.
membaca sms dari tari itu sungguh sungguh menyakitkan, teganya dia bilang seperti itu padaku hanya gara gara uang 300 ribu, tak ingatkah dia atas semua kebaikkan ku padanya.
Ya mungkin dia memang lagi khilaf, gak aku bales sms itu, hingga dia sms aku lagi " kapan?", sontan saja aku sms dia, "akhir bulan ini mas, setelah aku bayaran? tapi maaf aku gak bisa nganer kerumahmu, soalnya pulang kerja aku langsung ngajar".
Karena pada waktu itu emang kebetulan aku dapat kerja tambahan memberi les anak anak sd.
Ahirnya akhir bulan datang juga, dan seperti janjiku padanya aku diantar mas agus ke tempat dia bekerja dan aku kembalikan padanya.
Waktu aku melihatnya, aku tidak menunnjukkan ekspresiku, tapi suamiku sempat tersenyum kepadanya.
" Mas Yanto ini uangmu tak kembalikan, maaf baru bisa mengembalikan sekarang", kataku. Aku ambil nafas sejenak dan kemudian aku lanjutkan,
" Sampaikan maafku ke Tari dan Keluarganya, kalo aku ada salah, Ya udah sekarang aku mo pulang dulu. Terima kasih", kataku dengan wajah yang tetap dingin. Memang sengaja waktu itu yang ngomong aku bukan mas Agus, mengingat Tari dan Mas Yanto adalah temanku, bukan teman suamiku.
Akhirnya kami pulang, dalam perjalanan pulang aku bilang ma mas Agus.
" Mas, akhirnya ini selesai juga. Dan jika nanti dia ada apa2 aku gak bakal ikut campur, rasa sakit hatinya tari, mungkin tidak seberapa dengan sakit hatiku", kataku.
" Ya jangan gitu dik, kalao nanti kita bisa bantu ya kita bantu" nasehat suamiku.
Aku hanya mengangguk pelan.
Dalam hati aku berkata, Tari teganya persahabatan yang dah kita jalin selama 5 tahun ini harus berakhir karena sebuah uang. Tak Ingatkah engakau waktu kau susah dulu,siapa yang pertama kali kamu minta tolong. AKU, ya aku, Disaat semua orang tidak percaya padamu, siapa yang percaya padamu cuma AKU, tapi sekarang semuanya udah gak berarti. Aku tekadkan aku tidak akan menghubunginya lagi. Biarlah semua seperti ini. Bahwa persahabatanku dengan Tari dan Keluarganya cuma sampai disini.


Tidak ada komentar: